Sunday, February 18, 2018

Diseksa Dengan angin yang dasyat selama tujuh malam lapan hari I Kisah Nabi Hud عليه السلام






Nabi Hud (عليه السلام) merupakan keturunan Sam bin Nuh (cucu Nabi Nuh ) dari suku 'Aad (عاد), suku yang hidup di jazirah Arab, disuatu tempat bernama Al-Ahqaf yang terletak di utara Hadramaut antaraYaman dan Oman. Mereka adalah kaum penyembah berhala bernama Shamud, Shada, dan al-Haba. Mereka termasuk suku yang tertua sesudah kaum Nuh. Mereka dikurniai oleh Allah (الله‎) tanah yang subur, dengan sumber-sumber air yang memudahkan mereka bercocok tanam.

Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh (نوح), kaum Hud, yaitu suku 'Aad tidak mengenal Allah sebagai Ilahnya. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan Alhattar dan itu yang disembah sebagai ILAH mereka yang menurut kepercayaannya dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris (عليه السلام) (إدريس) dan Nabi Nuh (عليه السلام) (نوح) sudah tidak dijalankan lagi.

Nabi Hud (عليه السلام) memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku 'Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekitar mereka dan bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka semua dan mengaruniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup. Dia-lah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka buat sendiri.
Diterangkan oleh Nabi Hud bahwa dia adalah pesuruh Allah yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar, beriman kepada Allah yang menciptakan mereka serta menghidupkan dan mematikan mereka, memberi rezeki atau mencabutnya dari mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin  mereka ke jalan yang benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka bahwa jika mereka tetap menutup telinga dan mata mereka, mengingatkan perihal kaum Nabi Nuh yang ditimpa azab Allah serta meminta mereka untuk berhenti dari menyembah berhala.

Bagi kaum 'Aad, seruan dan dakwah Nabi Hud (عليه السلام) itu merupakan sesuatu yang tidak pernah mereka dengar ataupun duga. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyangmereka. Mereka tercengang dan merasa hairan bahwa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka tidak kenal dan tidak dapat dimengerti dan diterima oleh akal fikiran mereka.

Pembalasan Allah terhadap kaum 'Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang dan kebun mereka. Dalam keadaan demikian Nabi Hud (عليه السلام) masih berusaha meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan siksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih memberi kesempatan kepada mereka untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mereka yang batil untuk kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dan menghindari mereka dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mau percaya dan menganggap janji Nabi Hud (عليه السلام) itu adalah janji kosong. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.

Tentangan mereka terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud (عليه السلام) segera mendapat jawaban dengan datangnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal diatas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena mengira bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang dan menyirami kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat sikap kaum 'Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud (عليه السلام) dengan nada mengejek: Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awan rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah kujanjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.

Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang diramalkan oleh Nabi Hud (عليه السلام) itu bahwa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin tauffan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi guruh yang mencemaskan yang telah merosakkan bangunan rumah dari dasarnya, membawa berterbangan semua perabot dan harta benda serta melempar jauh binatang-binatang ternakan. Keadaan kaum 'Aad menjadi panik, mereka berlari kesana-sini, hulu-hilir mencari perlindungan.

Adapun Nabi Hud (عليه السلام) dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya. Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah Al-Ahqaf sudah menjadi sunyi senyap dari kaum 'Aad pergilah Nabi Hud (عليه السلام) meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, dimana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana. Hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit, di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun selalu dikunjungi para peziarah yang datang dari sekitar daerah itu, terutama pada bulan Syaaban.

PENGAJARAN
~ Nabi hud (عليه السلام)merupakan cucu Nabi Nuh (عليه السلام) yang diutuskan Allah kepada kaumnya yang bernama ‘Ad.
~ Bangsa ‘Ad adalah bangsa yang kukuh dan kuat, mahir membuat benteng dan bangunan-bangunan yang indah, namun sayang agama mereka adalah penyembah berhala.
~ Kaum ‘Ad yang takbur dan sombong ini dihancurkan Allah. Allah menggantikan mereka dengan bangsa yang baru.
~ Kaum ‘Ad diseksa oleh Allah dengan angin yang dasyat selama tujuh malam lapan hari, dan akhirnya mereka mati bergelimpangan seperti pohon-pohon yang ditumbangan.
~ Pengikut Nabi Hud (عليه السلام) merupakan insane-insan yang beriman dan setiap manusia yang berimankepada Allah, sentiasa dilindungi Nyadari malapetaka yang hebat.
~ Nabi Hud (عليه السلام) berpindah dari tempat yang sudah Dihancurkan Allah ke Hadramaut sehingga ke akhir hayatnya.

Antara kisah Nabi Hud (عليه السلام) dalam Al-Quran..
“ Kami telah mengutuskan kepada kaum ‘Ad seorang saudaranya yang bernama Hud (عليه السلام), seraya berkata: “Wahai kaumku! Sembahlah kamu akan Allah tiadalah ILAH  bagi kami selain Dia. Tiadalah Kamu melainkan orang-orang yang selalu mengada-adakan saja.”
(Hud : 50)
“ Wahai kaum ku! Saya tidak meminta upah kepadamu, dan tiada yang memberi upah saya, melainkan Allah yang menjadikan saya. Apakah kamu tidak berakal?”
(Hud : 51)

“ Wahai kaumku! Mintalah keampunan terhadap RABBmu dan bertaubatlah kamu kepada Nya, nescaya Ia menurunkan hujan yang lebat dari langit, dan Ia akan menambahkan kekuatan bersama kekuatanmu, sebab itu janganlah kamu berpaling, nanti kamu menjadi orang yang berdosa!”
(Hud : 52)

“ Mereka menjawab: “ Wahai Hud (عليه السلام)! Tiada engkau mendatangkan kepada kami suatu keterangan, sebab itu kami tidak suka meninggalkan ILAH kami dengan semata-mata perkataan engkau itu saja, dan tiadalah kami percaya kepada engkau.”
(Hud : 53)

“ Tiadalah kami mengatakan, melainkan diantara ILAH kami telah menimbulkan kejahatan kepada engkau (iaitu penyakit gila babi).Dia (Hud (عليه السلام)) berkata,”Sesungguhnya saya mempersaksikan hal ini kepada Allah dan jadi saksilah kamu, bahawa saya melepaskan diri daripada yang kamu persekutukan.”
(Hud : 54)

“ Adapun ‘Ad dibinasakan dengan angin yang sangat keras, dan amat dinginnya, ditimpakan kepada mereka tujuh malam lapan hari tanpa putus-putusnya.”
Maka kelihatan mereka bergelimpangan mati sebagai batang kurma yang telah roboh. Habis binasalah semuanya kerana kederhakaan mereka juga.”
(Al-Haqqah 6-8)

0 comments:

Post a Comment