لَقَدْ
كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا
يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ
وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Quraan itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan yang
sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang beriman.” (Surah Yusuf: 111)
وَإِنْ
تُكَذِّبُوا فَقَدْ كَذَّبَ أُمَمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ وَمَا عَلَى الرَّسُولِ
إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
“Dan jika kamu (orang
kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. Dan
kewajiban rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan
seterang-terangnya". (Surah Al Ankabut :18)
Dimulai kisah benar tentang perjalanan hidup seorang Rasul
Mulia, Rasul Ulul ‘Azmi, Rasul Kesayangan Allah dengan rakaman doa baginda di
dalam Al Quraanul Karim Surah Asy-Syu’ara’ yang menjadi doa ikutan dan harapan
seluruh umat Nabi Muhammad ﷺ agar dimakbulkan Robb
Semesta Alam hendakNya…Aamiin Ya Robbal ‘Alamiin
رَبِّ
هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
83. (Ibrahim berdoa):
"Ya Robbku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah hamba ke dalam
golongan orang-orang yang soleh,
وَاجْعَلْ
لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ
84.
dan jadikanlah hamba buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang)
kemudian,
وَاجْعَلْنِي
مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ
85.
dan jadikanlah hamba termasuk orang-orang yang mempusakai syurga yang penuh kenikmatan,
Siapa Nabi Ibrahim السلام عليه di sisi Robbnya?
Termasuk keutamaan Allah yang
diberikan-Nya kepada Ibrahim السلام عليه
adalah, Dia menganugerahkan pada keturunannya kenabian dan penerimaan
kitab (wahyu) serta imam kepada manusia. Oleh kerana itu, kita dapati bahawa
setiap nabi setelah Nabi Ibrahim السلام عليه adalah anak-anak dan cucu-cucunya. Ini semua
merupakan bukti janji Allah kepadanya, di mana Dia tidak mengutus seorang nabi
kecuali datang dari keturunannya.
Demikian juga kedatangan nabi yang
terakhir, yaitu Nabi Muhammad ﷺ, adalah sebagai wujud dari terkabulnya doa Nabi Ibrahim السلام عليه yang diucapkannya kepada
Allah di mana ia meminta agar diutus di tengah-tengah kaum yang umi (tidak tahu
‘membaca’) seorang rasul dari mereka. Ketika kita membahas keutamaan Nabi
Ibrahim السلام عليه
dan penghormatan yang Allah berikan kepadanya, nescaya kita akan
mendapatkan hal-hal yang menakjubkan. Ia seorang Nabi yang lembut yang penuh
cinta kasih kepada manusia dan selalu kembali kepada jalan kebenaran.
وَإِذِ
ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ
قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي
ۖ
قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah),
ketika Ibrahim السلام عليه
diuji Tuhannya dengan
beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia". Ibrahim السلام عليه
berkata: "(Dan
saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini)
tidak mengenai orang yang zalim". (Al Baqarah:124)
وَاتْلُ
عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَاهِيمَ
“Dan
bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim السلام عليه ”(Surah As-Syu’ara’:69)
وَاذْكُرْ
فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا
“Ceritakanlah (Hai
Muhammad ﷺ ) kisah Ibrahim السلام عليه di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang
yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi”(Surah Maryam : 41)
مَا
كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا
مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Ibrahim السلام عليه bukan seorang
Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang
lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk
golongan orang-orang musyrik.” (Surah Ali Imran: 67)
إِنَّ
أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَٰذَا النَّبِيُّ
وَالَّذِينَ آمَنُوا ۗ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya orang
yang paling dekat kepada Ibrahim
السلام عليه ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi
ini (Muhammad ﷺ), beserta orang-orang yang beriman (kepada
Muhammad ﷺ), dan Allah adalah Pelindung semua
orang-orang yang beriman. (Surah Ali Imran: 68)
وَإِبْرَاهِيمَ
الَّذِي وَفَّىٰ
"Dan Ibrahim
السلام عليه yang selalu menyempurnakan janji.
" (Surah An-Najm: 37)
وَمَنْ
يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ ۚ
وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا ۖ وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ
لَمِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan tidak ada yang
benci kepada agama Ibrahim
السلام عليه , melainkan orang yang memperbodoh dirinya
sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di
akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang soleh.” (Surah Al Baqarah :130)
إِنَّ
إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ
"Sesungguhnya
Ibrahim السلام عليه adalah seorang imam
yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (lurus). Dan
sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan. " (QS.
an- Nahl: 120)
إِنَّ
إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ
"Sesungguhnya
Ibrahim السلام عليه itu benar-benar
seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah." (QS.
Hud: 75)
سَلَامٌ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
"(Yaitu):
Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim السلام عليه ." (QS. as-Shaffat: 109)
وَمَنْ
أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ
مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
"Dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya." (QS. an- Nisa': 125)
Para ulama berkata
bahawa al-Hullah adalah rasa cinta yang sangat. Demikianlah pengertian dari ayat
tersebut. Ini merupakan suatu kedudukan yang mulia dan sangat tinggi.
Sesungguhnya Nabi Ibrahim السلام عليه adalah
seorang harnba Allah SWT yang berhak diangkat-Nya menjadi al-Khalil. Itu adalah
darjat dari darjat- darjat kenabian yang kita tidak mengetahui nilainya.
إِنَّ
إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ
"Sesungguhnya
Ibrahim السلام عليه itu benar-benar seorang
yang penyantun lagi lemah lembut dan suka kembali kepada Allah." (QS. Hud:
75)
وَإِنَّ
مِنْ شِيعَتِهِ لَإِبْرَاهِيمَ
“ Dan sesungguhnya
Ibrahim السلام عليه benar-benar termasuk
golongannya (Nuh السلام عليه ). (Surah
As-Saffat : 83)
إِذْ
جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“ (lngatlah) ketika ia
datang kepada Robbnya dengan hati yang suci. (Surah As-Saffat : 84)
Asal usul Nabi Ibrahim السلام عليه
Nabi Ibrahim السلام عليه adalah
putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin
Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh السلام عليه. Baginda dilahirkan di
sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan
"Babylon" yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama
"Namrud bin Kan'aan." Keluarga Ibrahim
السلام عليه adalah salah seorang seniman yang terbiasa
memahat patung-patung sehingga profesion itu mendapatkan kedudukan istimewa di
tengah-tengah kaumnya. Keluarga Nabi Ibrahim السلام عليه sangat dihormati. Ada pendapat bahawa ayahnya
meninggal sebelum baginda dilahirkan kemudian diasuh oleh pakciknya yang dianggap
seperti ayahnya. Nabi Ibrahim
السلام عليه pun memanggil dengan sebutan-sebutan yang
biasa ditujukan kepada seorang ayah. Nabi Ibrahim السلام عليه adalah seseorang yang akalnya cemerlang sejak
baginda berusia muda. Allah SWT menghidupkan hatinya dan akalnya dan memberinya
hikmah sejak masa kecilnya.
Namrud dan Babylon
Kerajaan Babylon pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur,
rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup tetapi tingkatan hidup
rohani mereka masih berada di tingkat jahiliah. Mereka tidak mengenal Robb
mereka yang telah mengurniakan mereka dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan
duniawi. Persembahan mereka adalah patung-patung yang mereka pahat sendiri dari
batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah. Kelompok pertama menyembah patung- patung yang terbuat dari kayu
dan batu. Kelompok kedua menyembah bintang dan bulan dan kelompok ketiga
menyembah raja-raja atau penguasa Dalam suasana yang demikianlah Nabi Ibrahim السلام عليه dilahirkan.
Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya
secara kuku besi dan kekuasaan mutlak dalam negara yang luas. Semua kehendaknya
harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak
dapat dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya
itu dan kemewahan hidup yang berlebih-lebihan yang ia nikmati lama-kelamaan
menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya
patut disembah oleh rakyatnya. Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela
menyembah patung-patung yang terbina dari batu yang tidak dapat memberi manfaat
dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka, mengapa bukan dia yang lebih layak
disembah. Dia yang dapat berbicara, dapat mendengar, dapat berfikir, dapat
memimpin mereka, membawa kemakmuran bagi mereka dan melepaskan dari
kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dapat mengubah orang miskin menjadi kaya
dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang mulia.
Cetusan pemikiran dan persoalan Nabi Ibrahim السلام
عليه kepada pakcik baginda
Nabi Ibrahim السلام عليه mengetahui
bahawa ayahnya seseorang yang membuat patung-patung yang unik. Pada suatu hari,
baginda bertanya terhadap ciptaan ayahnya kemudian ayahnya memberitahunya bahawa
itu adalah patung-patung yang disembah. Nabi Ibrahim السلام عليه sangat kehairanan melihat hal tersebut. Baginda
pernah menunggangi belakang patung-patung itu seperti orang- orang yang biasa
menunggang keldai dan binatang tunggangan lainnya. Pada suatu hari, ayahnya
melihatnya saat menunggang punggung patung yang bernama Mardukh. Saat itu juga
ayahnya marah dan memerintahkan anaknya agar tidak bermain-main dengan patung
itu lagi.
وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً ۖ إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dan (ingatlah) di
waktu Ibrahim السلام عليه berkata kepada
bapaknya, Aazar, "Patutkah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai
Alihatan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang
nyata". (Surah Al An’am 74)
Nabi Ibrahim السلام عليه bertanya: "Patung apakah ini wahai ayahku? Kedua telinganya besar,
lebih besar dari telinga kita." Ayahnya menjawab: "Itu adalah Mardukh, berhala para
berhala wahai anakku, dan kedua telinga yang besar itu sebagai simbol dari
kecerdasan yang luar biasa." Ibrahim السلام عليه tampak tertawa dalam dirinya padahal saat itu
baginda baru menginjak usia tujuh tahun.
"Siapa yang menciptakan manusia wahai ayahku?" Si ayah menjawab: "Manusia, kerana
akulah yang membuatmu (hasil perkahwinan) dan ayahku yang membuat aku."
Ibrahim السلام عليه menjawab:
"Tidak demikian
wahai ayahku, kerana aku pernah mendengar seseorang yang sudah tua yang
berkata: "Wahai berhala, mengapa Engkau tidak memberi aku anak."
Nabi Ibrahim
السلام عليه berkata: "Wahai ayahku, jika para berhala membantu dalam penciptaan
manusia, maka bagaimana mungkin manusia menciptakan sembahan sendiri?
Jika para sembahan diciptakan dari kayu, maka membakar kayu
merupakan kesalahan besar, tetapi katakanlah wahai ayahku, bagaimana engkau menciptakan
berhala dan membuatnya dalam keadaan cukup baik, namun bagaimana berhala
sembahan itu membantumu untuk membuat anak-anak yang cukup banyak sehingga
engkau menjadi orang yang paling kuat di dunia?"
Si ayah berkata: "Benar wahai anakku, Allah yang membantu
manusia untuk membuat manusia namun Dia tidak meletakkan tangan-Nya di
dalamnya. Oleh kerana itu, manusia harus menunjukkan kerendahan di hadapan
berhala dan memberikan korban untuk-Nya." Kemudian Nabi Ibrahim السلام عليه bertanya lagi: "Berapa banyak berhala-berhala itu wahai ayahku?" Si ayah menjawab: "Tidak ada jumlahnya
wahai anakku." Nabi Ibrahim
السلام عليه berkata: "Apa yang aku lakukan wahai ayahku jika aku mengabdi pada
satu berhala lalu berhala yang lain membenciku kerana aku tidak mengabdi
pada-Nya? Bagaimana terjadi persaingan dan pertentangan di antara Alihatan?
Bagaimana seandainya berhala yang membenciku itu membunuh berhalaku? Boleh jadi
ia membunuhku juga."
Si ayah menjawab dengan tertawa: "Kamu tidak perlu takut
wahai anakku, kerana tidak ada permusuhan di antara berhala. Di dalam tempat
penyembahan yang besar terdapat ribuan berhala dan sampai sekarang telah
berlangsung tujuh puluh tahun. Meskipun demikian, belum pernah kita mendengar
satu berhala memukul berhala yang lain." Ibrahim السلام عليه berkata: "Kalau begitu terdapat suasana harmonis dan kedamaian di antara
mereka."Si ayah
menjawab: "Benar."
Ibrahim السلام عليه bertanya
lagi: "Dari apa berhala
itu diciptakan? Orang tua itu
menjawab: "Ini dari kayu-kayu pelepah kurma, itu dari zaitun, dan berhala
kecil itu dari gading. Lihatlah alangkah indahnya. Hanya saja, ia tidak
memiliki nafas." Ibrahim السلام عليه
berkata: "Jika para
berhala tidak memiliki nafas, maka bagaimana mereka dapat memberikan nafas?
Apabila mereka tidak memiliki kehidupan bagaimana mereka memberikan kehidupan?
“Wahai ayahku, pasti mereka bukan Allah." Mendengar ucapan daripada Ibrahim
السلام عليه itu, sang ayah menjadi
berang dan marah sambil berkata: "Seandainya engkau sudah dewasa nescaya
aku pukul dengan kapak ini."
Nabi Ibrahim السلام عليه ketika remaja
Semasa remajanya Nabi Ibrahim السلام عليه sering disuruh ayahnya keliling kota
menjajakan patung-patung buatannya namun kerana iman dan tauhid yang telah
diilhamkan oleh Allah kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan
barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya
kepada calon pembeli dengan kata-kata:" Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini?
"
Selesailah dialog antara Ibrahim dan ayahnya dengan terjadinya
pemukulan oleh si ayah terhadap Ibrahim السلام عليه. Kemudian berlalulah hari
demi hari dan Nabi Ibrahim
السلام عليه menjadi besar. Sejak usia anak-anak, hati
Nabi Ibrahim السلام عليه menanam rasa
benci terhadap patung-patung yang dibuat oleh ayahnya sendiri. Nabi Ibrahim السلام عليه tidak mengerti, bagaimana manusia yang
berakal membuat patung-patung dengan tangannya sendiri kemudian setelah itu ia
sujud dan menyembah terhadap apa yang dibuatnya.
Nabi Ibrahim
السلام عليه memperhatikan bahawa patung-patung tersebut tidak makan dan minum
dan tidak mampu berbicara, bahkan seandainya ada seseorang yang membaliknya ia
tidak mampu bangkit dan berdiri sebagaimana asalnya. Bagaimana manusia membayangkan bahawa
patung-patung tersebut dapat mendatangkan bahaya dan memberikan manfaat?
Pemikiran ini banyak merisaukan Ibrahim dalam tempoh yang lama. Apakah mungkin semua kaumnya bersalah
sementara hanya ia yang benar? Bukankah yang demikian ini sangat menghairankan?
Mihrab Kaum Nabi
Ibrahim السلام عليه
Kaum Nabi Ibrahim
السلام عليه mempunyai tempat penyembahan yang besar yang
dipenuhi berbagai macam berhala. Di tengah-tengah tempat penyembahan itu
terdapat mihrab yang diletakkan di dalamnya patung- patung yang paling besar.
Nabi Ibrahim السلام عليه mengunjungi tempat itu bersama ayahnya saat
ia masih kecil. Ibrahim السلام عليه memandang
berhala-berhala yang terbuat dari batu-batuan dan kayu itu dengan pandangan
yang menghinakan. Hal ini sangat menghairankan masyarakat pada saat itu kerana
saat memasuki tempat penyembahan itu, mereka menampakkan ketundukan dan
kehormatan di hadapan patung-patung. Bahkan mereka menangis dan memohon
berbagai macam hal. Seakan-akan patung- patung itu mendengar apa yang mereka
keluhkan dan bicarakan.
Mula-mula pemandangan tersebut membuat Nabi Ibrahim السلام عليه tertawa
kemudian lama-lama Nabi Ibrahim
السلام عليه marah. Hal yang menghairankan baginya bahawa
manusia-manusia itu semuanya tertipu, dan yang semakin mempersulit masalah
adalah, ayah Ibrahim السلام عليه ingin
agar baginda menjadi dukun saat ia besar. Ayah Ibrahim السلام عليه tidak menginginkan apa-apa kecuali agar
Ibrahim memberikan penghormatan kepada patung-patung itu, namun ia selalu
mendapati Ibrahim السلام عليه menentang
dan meremehkan patung-patung itu.
Kisah Nabi Ibrahim السلام عليه dengan Dukun
Pada suatu hari Ibrahim السلام عليه bersama ayahnya masuk di tempat penyembahan
itu. Saat itu terjadi suatu pesta dan perayaan di hadapan patung-patung, dan di
tengah-tengah perayaan tersebut terdapat seorang tokoh dukun yang memberikan pengarahan
tentang kehebatan berhala yang paling besar. Dengan suara yang penuh
penghayatan, dukun itu memohon kepada patung agar menyayangi kaumnya dan
memberi mereka rezeki. Tiba-tiba keheningan saat itu di pecah oleh suara Nabi Ibrahim
السلام عليه yang ditujukan kepada tokoh
dukun itu: "Hai tukang
dukun, ia tidak akan pernah mendengarmu. Apakah engkau meyakini bahawa ia
mendengar?" Saat itu manusia
mulai kaget. Mereka mencari dari mana asal suara itu. Ternyata mereka mendapati
bahawa suara itu suara Ibrahim
السلام عليه . Lalu tokoh dukun itu mulai menampakkan
kerisauan dan kemarahannya. Tiba-tiba si ayah berusaha menenangkan keadaan dan
mengatakan bahawa anaknya sakit dan tidak mengetahui apa yang dikatakan.
Dialog yang Dirakam di Dalam Surah As-Syu’ara’
إِذْ
قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ
70. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya:
"Apakah yang kamu sembah?"
قَالُوا
نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ
71. Mereka
menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun
menyembahnya".
قَالَ
هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ
72. Berkata Ibrahim السلام عليه
: "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa
(kepadanya)?,
أَوْ
يَنْفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ
73. atau
(dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?"
قَالُوا
بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ
74. Mereka
menjawab: "(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami
berbuat demikian".
قَالَ
أَفَرَأَيْتُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ
75. Ibrahim
السلام عليه berkata: "Maka apakah
kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah.
أَنْتُمْ
وَآبَاؤُكُمُ الْأَقْدَمُونَ
76. kamu
dan nenek moyang kamu yang dahulu?,
فَإِنَّهُمْ
عَدُوٌّ لِي إِلَّا رَبَّ الْعَالَمِينَ
77. kerana
sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Robb Semesta
Alam,
الَّذِي
خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ
78. Yang telah
menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku,
وَالَّذِي
هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ
79. dan Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,
وَإِذَا
مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
80. dan
apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku
وَالَّذِي
يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ
81. dan
Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
وَالَّذِي
أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ
82. dan Yang amat
kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".
Rakaman Dialog dalam Surah Al Anbiya’
وَلَقَدْ
آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ
51. Dan
sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim السلام عليه hidayah
kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya.
إِذْ
قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَٰذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا
عَاكِفُونَ
52. (Ingatlah),
ketika Ibrahim السلام عليه
berkata kepada bapanya dan kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang
kamu tekun beribadat kepadanya?"
قَالُوا
وَجَدْنَا آبَاءَنَا لَهَا عَابِدِينَ
53. Mereka menjawab:
"Kami mendapati bapa-bapa kami menyembahnya".
قَالَ
لَقَدْ كُنْتُمْ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
54. Ibrahim السلام عليه berkata:
"Sesungguhnya kamu dan bapa-bapamu berada dalam kesesatan yang
nyata".
قَالُوا
أَجِئْتَنَا بِالْحَقِّ أَمْ أَنْتَ مِنَ اللَّاعِبِينَ
55. Mereka
menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah
kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?"
قَالَ
بَلْ رَبُّكُمْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الَّذِي فَطَرَهُنَّ وَأَنَا
عَلَىٰ ذَٰلِكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
56. Ibrahim
السلام عليه berkata: "Sebenarnya
Robb kamu ialah Robb langit dan bumi yang telah menciptakannya: dan hamba termasuk orang-orang yang menyaksi”
Seruan Nabi Ibrahim السلام عليه dalam Surah Al Ankabut
وَإِبْرَاهِيمَ
إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ۖ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ
إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
16. Dan (ingatlah)
Ibrahim السلام عليه , ketika ia berkata
kepada kaumnya: "Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
إِنَّمَا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا ۚ
إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا
فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ ۖ
إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
17.
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu
membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu
memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan
sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan
dikembalikan. (Al Ankabut)
Keluh kesah jiwa Nabi Ibrahim
السلام عليه mendapatkan
jawapan
Lalu keduanya keluar dari tempat penyembahan itu. Si ayah
menemani Ibrahim السلام عليه
menuju tempat tidurnya dan berusaha menidurkannya dan meninggalkannya
setelah itu. Namun, baginda tidak mahu tidur ketika melihat kesesatan yang
menimpa manusia. Baginda pun segera bangkit dari tempat tidurnya. Baginda bukan
seorang yang sakit. Baginda merasa dihadapkan pada peristiwa yang besar dan menganggap
mustahil bahawa patung-patung yang terbuat dari kayu-kayu dan batu- batuan itu
menjadi ILAH bagi kaumnya.
Ibrahim السلام عليه keluar dari rumahnya menuju ke gunung. Beliau
berjalan sendirian di tengah kegelapan. Baginda memilih salah satu gua di
gunung, lalu duduk termenung sambil memperhatikan langit. Baginda mulai bosan
memandang bumi yang dipenuhi dengan suasana jahiliah yang bersandarkan kepada
berhala.
Dialog Nabi Ibrahim السلام
عليه kepada kelompok kaumyang menyembah bintang,
bulan dan matahari
Tidak lama setelah Nabi Ibrahim السلام عليه memperhatikan langit kemudian melihat-lihat
berbagai bintang yang disembah oleh sekumpulan kaumnya yang lain. Saat itu hati
Nabi Ibrahim السلام عليه - sebagai
pemuda yang masih belia - merasakan kesedihan yang luar biasa. Lalu baguinda
melihat apa yang di belakang bulan dan bintang. Hal itu sangat mengagumkannya.
Mengapa kaumnya menyembah bintang? Bukankah semua itu muncul dan tenggelam
dengan izin- Nya.
وَكَذَٰلِكَ
نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ
الْمُوقِنِينَ
وَكَذَٰلِكَ
نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ
الْمُوقِنِينَ
“Dan
demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim السلام عليه tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di
langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang
yakin.”(Surah Al An’am:75)
Kaum baginda mengira bahawa Ibrahim السلام عليه menolak
penyembahan berhala dan cenderung pada penyembahan bintang. Namun di saat pagi,
Nabi Ibrahim السلام عليه
mengingatkan kaumnya dan membuatkan mereka terkejut di mana
bintang-bintang yang diyakininya kelmarin kini telah tenggelam. Ibrahim السلام عليه mengatakan
bahawa baginda tidak menyukai yang tenggelam.
فَلَمَّا
جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا
أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ
“Ketika
malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah
ROBBku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya
tidak suka kepada yang tenggelam". (QS. al-An'am: 76)
Ibrahim السلام عليه
kembali merenung dan memberitahukan kaumnya pada malam kedua bahawa
bulan adalah Robbnya. Kaum Nabi Ibrahim السلام عليه tidak mengetahui atau tidak memiliki kapasiti
logik yang cukup atau kecerdasan yang cukup, bahawa sebenarnya Nabi Ibrahim السلام
عليه ingin menyedarkan dengan cara
sangat lembut dan penuh cinta. Bagaimana mereka menyembah bintang yang
terkadang tersembunyi dan terkadang muncul atau terkadang terbit dan terkadang
tenggelam. Mula-mula kaum Nabi Ibrahim
السلام عليه tidak mengetahui yang demikian itu.
Pertama-tama Ibrahim السلام عليه
menyanjung bulan tetapi ternyata bulan seperti bintang yang lain, ia pun
muncul dan tenggelam.
فَلَمَّا
رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ
لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
“Kemudian
tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Robbku". Tetapi
setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Robbku tidak
memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat".(Surah
Al-An'am: 77)
Baginda berbicara dengan kaumnya tentang penolakan penyembahan terhadap
bulan. Ibrahim السلام عليه berhasil
menggoyahkan keyakinan terhadap penyembahan bulan dengan penuh kelembutan dan
ketenangan. Bagaimana manusia menyembah bulan yang terkadang tersembunyi dan
terkadang muncul. Sungguh, kata Ibrahim السلام عليه,betapa hamba membayangkan apa
yang terjadi padaku jika Robbku tidak membimbingku. Nabi Ibrahim السلام عليه mengisyaratkan
kepada mereka bahawa Robbnya bukan seperti makhluk yang mereka sembah.
Ibrahim السلام عليه berdialog
dengan penyembah matahari pula. Baginda memberitahu bahawa matahari adalah
RobbNya kerana dia yang terbesar. Lagi-lagi Ibrahim السلام عليه memainkan
peranan yang penting dalam rangka menggugah fikiran mereka. Para penyembah
matahari tidak mengetahui bahawa mereka menyembah makhluk.
Setelah Ibrahim السلام عليه memberitahu bahawa matahari adalah Robbnya,
beliau menunggu saat yang tepat sehingga matahari itu tenggelam dan ternyata
benar dia bagaikan sembahan-sembahan yang lain yang suatu saat akan tenggelam.
Setelah itu Ibrahim السلام عليه mewarkan
bahawa baginda terbebas dari penyembahan matahari.
فَلَمَّا
رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَا أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّا
أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
“Kemudian
tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Robbku, ini yang
lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai
kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”
(Surah Al-An’am: 78)
إِنِّي
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا
أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Sesungguhnya
hamba menghadapkan diriku kepada Robb yang menciptakan langit dan bumi, dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan hamba bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan (Robb).” (Surah Al An’am : 79)
Ibrahim السلام عليه mulai
memandang dan memberikan pengarahan kepada kaumnya bahawa wujud Pencipta langit
dan bumi. Persoalan Nabi Ibrahim
السلام عليه kepada kaumnya mampu memunculkan kebenaran,
tetapi sebagaimana biasa kebatilan tidak tunduk begitu saja. Mereka mulai
menampakkan taringnya dan mulai menggugat Ibrahim السلام عليه .Mereka mulai menentang Nabi Ibrahim السلام عليه dan mulai
mendebatnya dan bahkan mengancamnya.
وَحَاجَّهُ
قَوْمُهُ ۚ قَالَ
أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِ ۚ وَلَا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ
بِهِ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا ۗ وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ
عِلْمًا ۗ أَفَلَا
تَتَذَكَّرُونَ
80.
Dan baginda dibantah oleh kaumnya. Baginda berkata: "Apakah kamu hendak
membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk
kepadaku". Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan
yang kamu persyrikikkan dengan Allah, kecuali di kala Robbku menghendaki
sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Robbku meliputi segala sesuatu. Maka
apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?" (Surah Al
An’am:80)
وَكَيْفَ
أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا
لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا ۚ فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ
بِالْأَمْنِ ۖ إِنْ
كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Bagaimana
aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah),
padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah
sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka
manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari
malapetaka), jika kamu mengetahui?” (Surah Al An’am :81)
الَّذِينَ
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ
وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk”. (Al-An’am :82)
وَتِلْكَ
حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَىٰ قَوْمِهِ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ
ۗ إِنَّ
رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
“Dan
itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim السلام عليه untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan
siapa yang Kami kehendaki beberapa darjat. Sesungguhnya Robbmu Maha Bijaksana
lagi Maha Mengetahui.” (Al-An’am : 83)
Seruan Nabi Ibrahim السلام عليه menggemparkan kaum baginda!!
Bermulalah pergelutan antara Nabi Ibrahim السلام عليه dan kaumnya. Tentu yang termasuk orang
yang paling menentang adalah ayahnya yang mendidiknya laksana seorang ayah.
Akhirnya, si ayah dan si anak terlibat dalam pergelutan yang sengit di mana
kedua-duanya dipisahkan oleh prinsip-prinsip yang berbeza. Anak dengan
kebenaran bersama Allah sedangkan si ayah berdiri bersama kebatilan. Si ayah
berkata kepada anaknya: "Sungguh besar ujianku kepadamu wahai Ibrahim.
Engkau telah berkhianat kepadaku dan bersikap tidak terpuji kepadaku."
Di dalam Surah As Saffat
terdapat beberapa dialog antara baginda kepada ayah dan kaum baginda.
إِذْ
قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَاذَا تَعْبُدُونَ
“(Ingatlah) ketika ia
berkata kepada bapanya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah itu?” (Surah
As-Saffat ;85)
أَئِفْكًا
آلِهَةً دُونَ اللَّهِ تُرِيدُونَ
“Apakah kamu
menghendaki Alihatan selain Allah dengan jalan berbohong (memutar belitkan
kebenaran)?”
(Surah As-Saffat : 86)
فَمَا
ظَنُّكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Maka apakah
anggapanmu terhadap Robb semesta alam?"
(Surah As-Saffat : 87)
فَنَظَرَ
نَظْرَةً فِي النُّجُومِ
“Lalu
dia memandang sekali pandang ke bintang-bintang.”
(surah
As Saffat: 88)
فَقَالَ
إِنِّي سَقِيمٌ
“ Kemudian ia berkata:
"Sesungguhnya aku merasa sakit".
(Surah As Saffat : 89)
فَتَوَلَّوْا
عَنْهُ مُدْبِرِينَ
“Lalu mereka berpaling
daripadanya dengan membelakang (meninggalkannya).”
(Surah As Saffat : 90)
Di dalam Surah Maryam
juga terdapat firman Allah mengenai Nabi Ibrahim السلام عليه dan
kaumnya;
إِذْ
قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا
يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
42. Ingatlah ketika ia
berkata kepada bapanya; "Wahai bapaku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang
tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?
يَا
أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي
أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا
43. Wahai bapaku,
sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak
datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan
yang lurus.”
يَا
أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ
عَصِيًّا
44. Wahai bapaku,
janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu derhaka kepada Yang
Maha Pemurah.
يَا
أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَٰنِ فَتَكُونَ
لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا
45. Wahai bapaku,
sesungguhnya aku khuatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Yang Maha Pemurah,
maka kamu menjadi kawan (penolong) bagi syaitan".
قَالَ
أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ ۖ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ
لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا
46. Berkata bapanya:
"Bencikah kamu kepada Alihatanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti,
maka nescaya kamu akan ku rejam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang
lama".
Harapan Nabi Ibrahim
السلام عليه buat ayah baginda
Akhirnya, pertentangan itu membawa akibat pengusiran Nabi
Ibrahim السلام عليه dari rumahnya, dan beliau pun terancam
pembunuhan dan perejaman. Meskipun demikian, sikap Nabi Ibrahim السلام عليه tidak
pernah berubah. Beliau tetap menjadi anak yang baik dan Nabi yang mulia. Beliau
berdialog dengan ayahnya dengan menggunakan adab para nabi dan etika para nabi.
Ketika mendengar penghinaan, pengusiran, dan ancaman pembunuhan dari ayahnya,
baginda berkata dengan lembut yang difirmankan Allah di dalam Surah Maryam :
قَالَ
سَلَامٌ عَلَيْكَ ۖ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي ۖ
إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا
47. Berkata Ibrahim:
"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu
kepada Robbku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.”
وَأَعْتَزِلُكُمْ
وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَىٰ أَلَّا أَكُونَ
بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا
48. Dan aku akan
menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan
berdoa kepada Robbku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada
Robbku".
فَلَمَّا
اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ
وَيَعْقُوبَ ۖ
وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا
49. Maka ketika
Ibrahim السلام عليه sudah menjauhkan diri dari mereka dan
dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan
Ya'qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi.
Detik kehancuran berhala!!
وَتَاللَّهِ
لَأَكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ
57. Demi Allah,
sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah
kamu pergi meninggalkannya. (Al Anbiya)
Nabi Ibrahim السلام عليه pun keluar dari rumah ayahnya. Beliau
meninggalkan kaumnya dan menyembah selain Allah.. Baginda menetapkan suatu
urusan dalam dirinya, baginda mengetahui bahawa di sana ada pesta besar yang
diadakan di tepi sungai di mana manusia-manusia berduyu-duyun menuju ke sana.
Beliau menunggu sampai perayaan itu datang di mana saat itu kota menjadi sunyi
kerana ditinggalkan oleh manusia yang hidup di dalamnya dan mereka menuju ke
tempat itu. Jalan-jalan yang menuju tempat penyembahan menjadi sepi dan tempat
penyembahan itu pun ditinggalkan oleh penjaganya. Semua orang mengikuti pesta
itu.
Dengan penuh hati-hati, Ibrahim memasuki tempat penyembahan
dengan membawa kapak yang tajam. Ibrahim السلام عليه melihat patung-patung yang
terukir dari batu-batu dan kayu-kayu. Ibrahim pun melihat makanan yang
diletakkan oleh manusia di depannya sebagai hadiah dan nazar. Ibrahim السلام عليه mendekat
pada patung-patung itu. Kepada salah satu patung - dengan nada bercanda - ia
berkata: "Makanan yang ada
di depanmu hai patung telah dingin. Mengapa engkau tidak memakannya. Namun
patung itu tetap membisu."
Ibrahim السلام عليه pun bertanya kepada patung-patung lain di
sekitarnya.
فَرَاغَ
إِلَىٰ آلِهَتِهِمْ فَقَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ
“Kemudian
ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia berkata:
"Apakah kamu tidak makan?”(Surah As Saffat : 91)
مَا
لَكُمْ لَا تَنْطِقُونَ
“Kenapa kamu tidak
menjawab?" (Surah As-Saffat:92)
فَرَاغَ
عَلَيْهِمْ ضَرْبًا بِالْيَمِينِ
“ Lalu dihadapinya
berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya (dengan kuat).”
(Surah As Saffat :93)
فَجَعَلَهُمْ
جُذَاذًا إِلَّا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ
“ Maka Ibrahim السلام عليه membuat
berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari
patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya” (Surah
Al Anbiya: 58)
Ibrahim السلام عليه pun langsung mengangkat kapak yang ada di
tangannya dan mulai menghancurkan berhala yang palsu yang disembah oleh
manusia. Ibrahim السلام عليه menghancurkan seluruh patung-patung itu
dan hanya menyisakan satu patung, lalu beliau menggantungkan kapak itu
dilehernya. Setelah melaksanakan tugas itu, baginda pergi menuju ke gunung.
Baginda telah bersumpah untuk membawa suatu bukti yang jelas, bahkan bukti
praktis tentang kebodohan kaumnya dalam menyembah selain Allah. Akhirnya, pesta
perayaan itu selesai dan manusia kembali ke tempat mereka masing-masing. Dan
ketika salah seorang masuk ke tempat sembahan itu ia pun berteriak.
Manusia-manusia datang menolongnya dan ingin mengetahui apa sebab di balik
teriakan itu.
فَأَقْبَلُوا
إِلَيْهِ يَزِفُّونَ
“Kemudian kaumnya
datang kepadanya dengan bergegas.” (Surah As-Saffat :94)
قَالَ
أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ
“Ibrahim السلام عليه berkata:
"Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu?”(Surah As
Saffat:95)
وَاللَّهُ
خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
“Padahal Allah-lah
yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". (Surah AsSaffat :
96)
قَالُوا
مَنْ فَعَلَ هَٰذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ
59. Mereka berkata:
"Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap Alihatan kami,
sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim". (Al Anbiya: 59)
قَالُوا
سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ
60. Mereka berkata:
"Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang
bernama Ibrahim". (Al Anbiya:60)
قَالُوا
فَأْتُوا بِهِ عَلَىٰ أَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُونَ
61. Mereka berkata:
"(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak,
agar mereka menyaksikan".
قَالُوا
أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَٰذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ
62. Mereka bertanya:
"Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap Alihatan kami, hai
Ibrahim?"
قَالَ
بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ
63.
Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya,
maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara".
فَرَجَعُوا
إِلَىٰ أَنْفُسِهِمْ فَقَالُوا إِنَّكُمْ أَنْتُمُ الظَّالِمُونَ
64.
Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: "Sesungguhnya
kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)",
ثُمَّ
نُكِسُوا عَلَىٰ رُءُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَٰؤُلَاءِ يَنْطِقُونَ
65.
kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu
(hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat
berbicara".
قَالَ
أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا
يَضُرُّكُمْ
66.
Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak
dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada
kamu?"
أُفٍّ
لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
67.
Uhf (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu
tidak memahami?
Nabi Ibrahim السلام عليه mampu menundukkan mereka dan menggoyahkan
hati kaumnya dengan argumentasi dan logik berfikir yang sehat. Tetapi mereka
membalasnya dengan menetapkan akan menggantungnya di dalam api. Sungguh ini
sangat menghairankan. Suatu mahkamah yang mengerikan digelar di mana si
tertuduh akan dihukum dengan pembakaran. Demikianlah masalah pergelutan antara
pemikiran, atau antara nilai- nilai, atau antara prinsip-prinsip selalu terjadi
dan selalu membara di tengah-tengah masyarakat.
Orang-orang yang sombong bangkit untuk menenangkan suasana. Para
penentang itu tidak mahu manusia akan menyembah selain berhala. Mereka pun
mengatakan akan menggantung dan akan membakar Ibrahim hidup-hidup. Nabi Ibrahim
pun ditangkap lalu disiapkanlah tempat pembakaran. Para penentang itu berkata
kepada pengikutnya: "Bakarlah Ibrahim, dan tolonglah berhala sembahan
kalian jika kalian benar-benar menyembahnya." Mereka pun terpengaruh
dengan ucapan tersebut. Mereka pun menyiapkan alat-alat untuk membakar Nabi
Ibrahim السلام عليه.
Viral: Ibrahim السلام عليه dibakar kerana menyeru kepada kalimah
kebenaran !!!
قَالُوا
ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ
97. Mereka berkata:
"Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim السلام عليه ;
lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu". (
Assaffat97)
فَأَرَادُوا
بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَسْفَلِينَ
98. Mereka hendak
melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang
hina.
فَمَا
كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا اقْتُلُوهُ أَوْ حَرِّقُوهُ
فَأَنْجَاهُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يُؤْمِنُونَ
“Maka tidak adalah
jawaban kaum Ibrahim السلام عليه , selain mengatakan: "Bunuhlah atau
bakarlah dia", lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi
orang-orang yang beriman. (Al-Ankabut :24)
وَقَالَ
إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ
بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا
لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
“Dan berkata Ibrahim:
"Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk
menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini
kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan
sebahagian kamu melaknati sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah
neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolongpun.”(Al-Ankabut
:25)
Tersebarlah berita itu di kerajaan dan di seluruh negeri.
Manusia-manusia berdatangan dari berbagai pelosok, dari gunung-gunung, dari
berbagai desa, dan dari berbagai kota untuk menyaksikan balasan yang diterima
bagi orang yang berani menentang sembahan mereka, bahkan menghancurkannya.
Mereka menggali lubang besar yang dipenuhi kayu-kayu, batu-batu, dan
pohon-pohon lalu mereka menyalakan api di dalamnya. Kemudian mereka
mendatangkan manjaniq, yaitu suatu alat yang dapat digunakan untuk melempar
Nabi Ibrahim السلام عليه ke dalam api sehingga ia jatuh ke dalam
lubang api. Mereka meletakkan Nabi Ibrahim السلام عليه setelah mereka mengikat
kedua tangannya dan kakinya pada manjaniq itu. Api pun mulai menyala dan
asapnya mulai membumbung ke langit. Manusia yang melihat peristiwa itu berdiri
agak jauh dari galian api itu kerana saking panasnya. Lalu, seorang tokoh dukun
memerintahkan agar Ibrahim dilepaskan ke dalam api.
Api Cinta yang Mendingin
Tiba-tiba malaikat Jibril السلام عليه berdiri di hadapan Nabi
Ibrahim السلام عليه dan bertanya kepadanya: "Wahai
Ibrahim السلام عليه , tidakkah engkau memiliki keperluan?"
Nabi Ibrahim السلام عليه menjawab: "Aku tidak memerlukan
sesuatu darimu." Nabi Ibrahim السلام عليه pun dilepaskan lalu
dimasukkan ke dalam kubangan api. Nabi Ibrahim السلام عليه terjatuh dalam api. Api pun
mulai mengelilinginya, lalu Allah menurunkan perintah kepada api, Allah berkata:
قُلْنَا
يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
Kami berfirman:
"Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim",
(Surah Al-Anbiya:69)
Api pun tunduk kepada
perintah Allah sehingga ia menjadi dingin dan membawa keselamatan bagi Nabi
Ibrahim السلام عليه . Api hanya membakar tali- tali yang
mengikat Nabi Ibrahim السلام عليه . Nabi Ibrahim السلام عليه dengan
tenang berada di tengah-tengah api seakan-akan beliau duduk di tengah-tengah
taman. Beliau memuji Allah, Robbnya dan mengagungkan-Nya. Yang ada di dalam
hatinya hanya cinta kepada sang Kekasih, yaitu Allah Robbul Alamiin
Hati Nabi Ibrahim السلام
عليه
tidak dipenuhi rasa takut atau menyesal atau berkeluh kesah. Yang
ada dalam hati beliau hanya cinta semata. Api pun menjadi damai dan menjadi
dingin. Sesungguhnya orang-orang yang cinta kepada Allah tidak akan merasakan
ketakutan. Para pembesar dan para dukun mengamat-amati dari jauh betapa
panasnya api itu. Bahkan api terus menyala dalam tempoh yang lama, sehingga
orang-orang kafir mengira bahawa api itu tidak pernah padam. Ketika api itu
padam, mereka dibuat terkejut ketika melihat Nabi Ibrahim السلام عليه keluar
dari kubangan api dalam keadaan selamat. Wajah mereka menjadi hitam kerana
terpengaruh asap api sementara wajah Nabi Ibrahim السلام عليه berseri-seri
dan tampak diliputi dengan cahaya dan kebesaran. Bahkan pakaian yang dipakai
Nabi Ibrahim السلام عليه pun
tidak terbakar, dan baginda tidak tersentuh sedikit pun oleh api. Nabi
Ibrahim السلام عليه pun keluar dari api itu bagaikan baginda keluar
dari taman. Lalu orang-orang kafir pun berteriak kehairanan. Mereka pun
mendapatkan kekalahan dan kerugian. Allah berfirman:
وَأَرَادُوا
بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَخْسَرِينَ
70. mereka hendak
berbuat rencana terhadap Ibrahim السلام عليه , maka Kami menjadikan
mereka itu orang-orang yang paling merugi.
Dakwah Nabi Ibrahim السلام عليه kepada Raja
أَلَمْ
تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ
إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي
وَأُمِيتُ ۖ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ
بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي
الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Apakah kamu tidak
memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah
telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim
mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang
itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim
berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka
terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (Surah Al Baqarah: 258)
Nabi Ibrahim السلام عليه pun akhirnya terlibat perselisihan dengan
raja yang menyangka bahawa dirinya adalah sembahan kaumnya. Raja itu menyuruh
mereka untuk menyembahnya. Dalam rangka menjaga kepentingannya, boleh jadi
memang ia menyangka bahawa dirinya sesembahan. kerana Allah telah memberikannya
suatu kerajaan yang besar, ia lupa bahawa ia hanya manusia biasa. Kita tidak
mengetahui, apakah ia seorang raja atas kaum Nabi Ibrahim السلام عليه lalu
ia mendengar kisah mukjizatnya kemudian ia memanggilnya untuk berdebat dengan
baginda, atau mungkin ia raja dari daerah lain. Tapi yang kita ketahui bahawa
pertemuan di antara keduanya menyebabkan jatuhnya perselisihan orang kafir.
Allah sengaja tidak menyebut nama raja itu kerana dianggap tidak
penting, sebagaimana Al-Quraan juga tidak menyebut dialog panjang yang terjadi
antara Nabi Ibrahim السلام عليه dan dia. Barangkali raja itu berkata
kepada Nabi Ibrahim: "Aku mendengar bahawa Anda mengajak manusia untuk
menyembah Ilah yang baru dan meninggalkan berhala yang lama." Nabi Ibrahim
السلام عليه menjawab: "Tiada Ilah lain selain
Allah Yang Maha Esa." Si Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh Ilahmu
yang tidak dapat aku lakukan?" Raja yang terkena penyakit sombong dan
bangga diri itu adalah raja yang tidak tahu diri. Penghormatan manusia dan
ketertundukkan manusia kepadanya itu jesteru meningkatkan kesombongannya. Nabi
Ibrahim السلام عليه mendengar apa yang dikatakan oleh si
raja. Nabi Ibrahim السلام عليه mengetahui segala sesuatunya.
Mendengar tentangan Nabi Ibrahim السلام عليه itu, raja menjadi terpaku
dan terdiam ia merasa tidak mampu. la tidak mampu berkata-kata lagi. Nabi
Ibrahim السلام عليه berkata kepada raja bahawa Allah mampu mendatangkan matahari dari timur, apakah
ia mampu mendatangkan matahari dari barat. Tentu raja tidak mampu
mendatangkannya. Alam mempunyai aturan dan undang-undang yang diatur dan
diciptakan oleh Allah di mana tiada makhluk yang lain yang mampu mengubahnya.
Jika raja mengaku bahawa ia benar-benar sembahan, maka tentu ia dapat mengubah
hukum alam tersebut. Saat itu si raja merasa tidak mampu memenuhi tentangan
itu. Ia justru membisu. Ia tidak mengetahui apa yang harus dikatakannya dan apa
yang harus dilakukannya. Setelah orang-orang kafir diam membisu, Nabi Ibrahim السلام
عليه
meninggalkan istana raja. Kemudian kebenaran Nabi Ibrahim السلام عليه tersebar
di segala penjuru negeri. Manusia mulai ramai-ramai membicarakan mukjizatnya
dan keselamatannya dari api. Manusia menyinggung bagaimana sikap raja ketika
mendengar tentangan Nabi Ibrahim السلام عليه , dan bagaimana si raja
menjadi membisu dan tidak mengetahui apa yang harus dikatakannya.
Sunnah Para Rasul Allah dalam menegakkan
kalimah LailahaillAllah: Pengikut setia yang amat sedikit dan terdapat penentangan
oleh keluarga sendiri
Nabi Ibrahim السلام عليه tetap melanjutkan dakwahnya di jalan
Allah. Nabi Ibrahim mencurahkan tenaga dan upayanya untuk membimbing kaumnya.
Nabi Ibrahim السلام عليه berusaha menyedarkan mereka dengan
berbagai cara. Meskipun beliau sangat cinta dan menyayangi mereka, mereka malah
jesteru marah kepadanya dan malah mengusirnya. Dan tiada yang beriman
bersamanya kecuali seorang perempuan dan seorang lelaki. Perempuan itu bernama
Sarah yang kemudian menjadi isterinya sedangkan laki-laki itu adalah Luth yang
kemudian menjadi nabi setelahnya.
Ketika Nabi Ibrahim السلام عليه mengetahui bahawa tidak
seorang pun beriman selain kedua orang tersebut, ia menetapkan untuk berhijrah.
Sebelum baginda berhijrah, ia mengajak ayahnya beriman. Kemudian Nabi Ibrahim السلام
عليه
mengetahui bahawa ayahnya adalah musuh Allah dan dia tidak akan
beriman. Nabi Ibrahim السلام عليه pun berlepas diri darinya dan memutuskan
hubungan dengannya.
وَقَالَ
إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَىٰ رَبِّي سَيَهْدِينِ
“Dan Ibrahim berkata:
"Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Robbku, dan Dia akan memberi
petunjuk kepadaku.” (As Saffat:99)
وَنَجَّيْنَاهُ
وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ
” Dan Kami seIamatkan
Ibrahim السلام عليه dan Luth السلام عليه ke sebuah negeri yang Kami
telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (Surah Al-Anbiya: 71)
Untuk kedua kalinya dalam kisah para nabi kita mendapati hal
yang memeranjatkan. Dalam kisah Nabi Nuh السلام عليه kita menemukan bahawa si
ayah seorang nabi dan si anak seorang kafir, sedangkan dalam kisah Nabi Ibrahim
السلام عليه justeru sebaliknya: si ayah yang menjadi
kafir dan si anak yang menjadi nabi. Dalam kedua kisah tersebut kita mengetahui
bahawa seorang mukmin berlepas diri dari musuh Allah, meskipun dia adalah
anaknya dan ayahnya.
وَاغْفِرْ
لِأَبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّالِّينَ
“dan ampunilah bapaku,
karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, (Surah
Asy’ara’ ;86)
مَا
كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ
وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ
أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
“Tiadalah sepatutnya
bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi
orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya),
sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
neraka jahanam.” (At Taubah :113)
وَمَا
كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا
إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ ۚ إِنَّ
إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
“Dan
permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah
karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala
jelas bagi Ibrahim السلام عليه bahawa bapaknya itu adalah musuh Allah,
maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang
yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (At Taubah :114)
وَمَا
كَانَ اللَّهُ لِيُضِلَّ قَوْمًا بَعْدَ إِذْ هَدَاهُمْ حَتَّىٰ يُبَيِّنَ لَهُمْ
مَا يَتَّقُونَ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dan Allah sekali-kali
tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka
sehingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Surah At Taubah : 115)
Nabi Ibrahim السلام عليه keluar meninggalkan negerinya dan memulai
perjalanannya dalam hijrah. Nabi Ibrahim السلام عليه pergi ke kota yang bernama
Aur dan ke kota yang lain bernama Haran, kemudian beliau pergi ke Palestina
bersama isterinya, satu-satunya wanita yang beriman kepadanya. Baginda juga
disertai Luth السلام عليه , satu-satunya lelaki yang beriman kepadanya.
Allah berfirman:
فَآمَنَ
لَهُ لُوطٌ ۘ
وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَىٰ رَبِّي ۖ إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ
“Maka Luth السلام عليه membenarkan
(kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim: "Sesungguhnya aku akan berpindah ke
(tempat yang diperintahkan) Robbku (kepadaku); sesungguhnya Dialah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surah Al Ankabut: 26)
وَوَهَبْنَا
لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ
وَالْكِتَابَ وَآتَيْنَاهُ أَجْرَهُ فِي الدُّنْيَا ۖ وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ
لَمِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan
Kami anugerahkan kepda Ibrahim السلام عليه , Ishak السلام عليه dan Ya'qub السلام عليه ,
dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan
kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar
termasuk orang-orang yang saleh. (Surah :Al ankabut :27
Setelah ke Palestin, Nabi Ibrahim السلام عليه pergi
ke Mesir. Selama perjalanan ini Nabi Ibrahim السلام عليه mengajak manusia untuk menyembah
Allah, bahkan beliau berjuang dalam hal itu denqan gigih. Baginda mengabdi dan
membantu orang-orang yang tidak mampu dan orang-orang yang lemah. Beliau
menegakkan keadilan di tengah-tengah manusia dan menunjukkan kepada mereka
jalan yang benar iaitu jalan kalimah LailahaillAllah.
0 comments:
Post a Comment